Sejak gue berumur duapuluhan sampai sekarang di pertengahan umur duapuluhan, kalimat-kalimat ini selalu muncul dimana-mana: “Do what you love and money will follow”, “Find your passion and you’ll never work a day in your life”, dan berbagai kalimat lain yang menegaskan bahwa bekerja itu harus sesuai dengan passion atau hobi atau kesukaan kita.
Cukup lama gue mengikuti saran tersebut. Gue bilang, dulu gue masih cukup idealis. Cukup lama juga gue menyadari bahwa semua saran tersebut adalah bullshit.
If you’re a twentysomething and looking for a life advice, here’s what I need to tell you: Don’t do what you love, but love what you do.
Ada perbedaan besar dari kata-kata “melakukan apa yang kita suka” dengan “menyukai apa yang kita lakukan”. Banyak orang-orang diluar sana yang yakin bahwa jika kita bekerja sesuai dengan passion kita, maka hidup akan lebih bahagia, kita akan lebih puas menikmati hidup, dan lain-lain. Men… itu saran bullshit semua.
Gue adalah seorang dari latar belakang humaniora yang kini bekerja di bidang marketing. Biasanya, seorang dengan gelar humaniora bekerja di bidang akademis sebagai dosen, peneliti, pengamat, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang nggak praktis. Gue memutuskan untuk bekerja di bidang marketing karena bidang ini lebih praktis dan gue bisa melatih kemampuan analisa dan pattern-making gue.
Pekerjaan di bidang marketing bukanlah apa yang benar-benar gue inginkan. Marketing bukanlah passion gue. Tapi gue membuat keputusan itu dan gue sangat senang dengan keputusan gue. Kenapa?
Karena setiap gue letih dengan pekerjaan marketing, gue bisa kembali ke passion gue yaitu sejarah dan humaniora. Gue menjadikan passion sebagai hobi, yang bisa gue kunjungi kapan saja kalau gue merasa letih dengan pekerjaan. Passion gue lihat sebagai katarsis yang bisa gue kunjungi untuk melatih diri merasa lebih baik.
Sekarang, coba bayangkan jika gue memutuskan untuk mengejar passion gue di bidang sejarah dan humaniora sebagai pekerjaan. Tentunya yang namanya pekerjaan nggak semuanya enak. Mungkin ada konflik di kantor dengan kolega atau tenggat waktu yang molor karena pekerjaan tim yang nggak maksimal. Kalau gue menjadikan passion gue sebagai kerjaan tetap, gue akan mengalami hal-hal jelek yang bikin gue malas melakukan passion gue. Lalu kalau passion gue bikin gue malas bekerja, gue harus melampiaskan keletihan kerja kemana, dong?
Get what I mean?
If you work based on your passion, you’ll find soon enough that your passion is just this ‘thing’ that everyone else can do. Soon you’ll get bored of doing the same thing over and over again and if you work based on your passion, you won’t find an outlet in case you want to take a breather. However… if you’re working based on something you’re good at, but it’s not your passion, you can always revisit your passion/hobby when you feel fed up with your work.
You don’t have to work based on your passion, but you have to work at something you know you’re good at. Gue memilih pekerjaan di marketing karena gue suka melakukan itu. Tapi real passion gue adalah di bidang sejarah dan humaniora, dan pekerjaan impian gue adalah bekerja di museum di bidang marketing. Masuk akal, kan? Jika gue bosan dengan pekerjaan gue, gue bisa kembali membaca buku-buku sejarah atau humaniora. Lalu jika gue merasa sudah cukup, gue akan kembali ke pekerjaan marketing gue.
Passion is overrated. Don’t follow your passion. Do something you know you’re good at, and money will follow.
Ini sama kayak aku. Tapi aku dulu ga mikir ttg passion atau apalah itu. Aku hanya mengikuti apa yg aku inginkan dan sudah kukonsep. Sejak masih kuliah, aku sudah bercita2, ga mau nyemplung di pekerjaan yg berhubungan dengan statistik. Kenapa? Karena kuliah statistik sudah cukup bikin pusing jiwa raga. Aku cinta angka, tapi aku pengen belajar sesuatu yg baru. Makanya aku sudah ngincer kerja di bidang marketing sejak kuliah. Kesampaian meskipun ttg beririsan dgn statistik, di marketing riset. Tapi lama2 dipindahkan pegang brand. Minimal, kecintaanku sama angka masih kepake dan kesukaanku dgn marketing selalu terasah. Kuliah lagi, ambil teknik. Tetap mengikuti apa yg aku suka. Nah pas pindah ke sini, kerja di rumah jompo malah ga ada hubungannya dgn pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan. Kebetulan yg ketrima yg beda bidang (soalnya cari yg di marketing susah nyantolnya haha), ya gpp aku jalani, supaya ada hal baru yg aku pelajari. Kesukaanku thdp marketing dan angka, tetap tersalurkan melalui keterlibatanku lewat project2 kampus (diikutsertakan jadi tim lepas dari tim riset kampus). Kayak Ewald juga, hobinya dan kuliahnya bidang sejarah, kerjaannya di IT.
SukaSuka
Aku nulis ini soalnya banyak banget orang seumuran aku apalagi di Indonesia yang masih terbuai angan2 kerja sesuai passion. Menurutku itu idealis dan bullshit kebangetan. Bagus saran mbak biar semuanya ada irisan, jadi kita nggak 100% kerja sesuai yang kita suka. Ada juga bagian yang kita ga suka tapi ya harus dijalankan sebagai bagian dari kerjaan.
Aku punya sahabat yang punya biro fotografi wedding. Tapi sebenernya dia gak suka foto wedding, prewed dll. Dia malah lebih suka foto pemandangan atau model. Tapi karena dia tahu ada pasar luas untuk foto wedding jadi dia bikin bisnis itu. Dia bukti ga harus ikutin passion (fotoin model) biar dapet duit. Harus dikit2 ikut kemauan pasar juga.
SukaSuka
That’s funny, I just watched a video on facebook, about how time is short, and so we should follow our dreams and passions. Menurutku, ini pandangan yang privileged sekali. Engga semua orang bakal bisa bertahan hidup kalau mengikuti passionnya. Keluarga bisa kelaparan, tagihan listrik bisa kagak kebayar ha ha. Buatku, passionku aku jadikan hobby di waktu luang… kalau sampai membawa sukses ya syukur… kalau tidak, I still have a career to rely on.
SukaDisukai oleh 1 orang
Hai mbak Mae, aku juga gitu. Buat aku, passion ada sebagai penopang dikala bosan sama kerjaan atau kehidupan pribadi. Bisa “lari” ke passion itu. Kalau jadikan passion sebagai pekerjaan utama, nanti mau cari angin segar dimana kalau bosan sama passion sendiri?
SukaDisukai oleh 2 orang
Sama. Saya juga nggak ngikutin passion. Cuma sekadar hobi saja menulis. Nulis apa saja. Klo kerjaan juga seneng sih. Maunya kerjaan lancar dan passion tetap tersalurkan. Untungnya hingga sampai sekarang semua masih seimbang 😀
SukaSuka
Kadang kalo passionnya tinggi, tapi usahanya nggak bisa. Ya menurut aku sama aja bohong. Maunya sih bisa coba hal-hal baru ketimbang ngikutin passion.
SukaSuka
I love all about food and cooking is my passion. Tapi aku nggak mau jd koki sih, makanya pas kuliah ambil jurusan food technology. Sama sekali gak nyesel dan nggak pernah ngerasa jenuh tal 🙂 Sejak pas kuliah sampe sekarang, selalu kerja di tempat yang ada hubungannya sama makanan. Aku nggak bisa bayangin kerja dibidang lain. hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku juga ga bisa bayangin kerja di bidang lain, Shin. Dulu pas kerja di sekolah bahasa Inggris, udah sering bantu2 Marketing dan jadi suka. Tapi marketing bukan passion gue, tapi menurut gw ngga papa. Hehehe
SukaSuka
Ada juga lho yg beruntung yang bisa kerja sesuai passion bagaimanapun memang ada orang-orang yg spt itu. Energinya lebih besar karena mereka gosok gigipun mikirin pekerjaannya.🤣 Tapi memang lingkup bekerja sesuai passion lebih terbatas bila kita kerja utk org lain dan lebih luas lingkup serta kreativitasnya bila punya usaha sendiri. Paling nyaman bila ilmu bisa dipakai buat diri sendiri dulu.
SukaSuka
Iya, masalahnya milenial jaman sekarang kan maunya serba instan, dipikir baru berapa bulan kerja sesuai passion udah bisa setajir Mark Zuckerberg.
SukaSuka
Passion gw sih nulis ya, tapi diangan2 aja dulu bisa jadi novelis terkenal jadi ga usah kerja lagi, sekarang mah kerja jadi tukang insinyur aja 😛
SukaSuka
Passion aku sih sejarah ya, pengennya kerja di bidang marketing di museum. Wah kalau dapat kerja seperti itu pasti aku jadi orang paling bahagia di dunia!
SukaSuka
haha! terkadang masih pengen banget travelling dan pergi cuma bawa backpack dan kamera, capturing things, creating memories and story telling through visual means is my passion…
tadi pas di kantor iseng googling ‘i want to escape’, dan dapet artikel yang ambil quote ‘why don’t you create a life where you don’t have to escape from’, yang aku rasa betul juga. di artikel berikutnya yang aku baca, si penulis bilang ‘sebelum kamu packing semua barangmu dan pergi gitu aja, gimana kalo pertama-tama kamu cari dulu apa yang kamu mau di hidupmu dan apa yang menurutmu salah sama hidupmu yg sekarang, karena why not try to make more of your life now?’ yang rasanya sangat menohok XD
yah, yang manapun menurutku pemikiran itu menarik, tapi tentu aja seiring bertambahnya usia aku semakin harus membuka mata diluar idealisme dan darah muda, masih ada bill yang harus dibayar, masih ada mulut yang harus dikasih makan, dan seperti kata ce crystal, ketika aku muak sama kehidupan didalam kubikku aku masih bisa lari ke passion ku :p
(lalu komennya jadi pointless dan panjang……..)
SukaSuka
Hai Mia, do you know I like reading long comments? 😉
Duh, keinginan traveling dan pergi pake backpack dan kamera itu keinginan aku banget masa kuliah S1 dulu. Pokoknya mikirnya ‘life is an adventure’ banget deh… tapi lama-lama karena makin tua dan makin realistis, semakin menyadari bahwa hidup kayak gitu adalah sebuah privilege dan nggak semua bisa hidup seperti itu.
Aku setuju dengan ‘why not try to make more of your life now’. Nggak semua orang punya privilege hidup nomaden, kenapa nggak berusaha kreatif dengan mensyukuri hidup sekarang dan berusaha kreatif gimana cara menaikkan taraf kebahagiaan hidup yang sekarang?
SukaSuka
The problem is passion and priviledge doesn’t always come in a package. Terus ada lagi bagian kontribusi ke masyarakat 🙂 Waktu masih twenty something sih emang ya, silau banget sama yang cinta sama kerjaannya, produktif dan terkenal. Sekarang sih, ya udahlah dijalanin aja, sembari belajar apalah yang penting ga stagnan. Tulisan Mark Manson ini juga sih yang bikin gw semakin woles soal passion 🙂 https://markmanson.net/passion
SukaDisukai oleh 2 orang
Baca dulu ah, Dit!
SukaSuka
Passion dan job itu bisa berjalan beriringan kalo kita bersedia berusaha 3x lebih KERAS dan lebih SABAR daripada orang lain. dalam menjalaninya. Gue pernah denger cerita temennya temen, dia bela-belain kerja di perusahaan yang dia gak suka, kerja di bidang yang gak dia suka for almost 10 YEARS dan dia berusaha sukacita jalaninnya. Jadi pas kesempatan work along with passion itu ada, bahagianya bukan main, bersyukurnya bukan kepalang.
Gue sih ngerasa anak-anak zaman sekarang itu menganggap remeh apa yang disebut “passion,” karena kalo balik ke arti harafiahnya, passion itu justru sangat emosional, hormonal. Sifatnya sementara sedangkan bekerja itu kan juga butuh komitmen. Just like Mia said above, masih ada tagihan yang perlu dibayar, mulut yang perlu dikasih makan, tanggungan ina-ini-itu.. Kalo gak kuat-kuat hati untuk bekerja, wassalam deh.
Passion yang bikin gue waras kalo lagi jenuh di kerjaan. Passion gue adalah nyanyi/main musik, nulis, baca, sementara cita-cita gue dari kecil adalah becoming businesswoman. Jauh amat kan 😛
SukaSuka
Ya iya kan, paragraf kedua lo tuh bener banget. Gue sendiri passionnya masih berubah-ubah, kadang mau belajar hal baru, kadang mau bertahan di passion itu-itu aja… Cita-cita gue sekarang pengen jadi manager marketing di museum. Pokoknya yang berkaitan ama museum lah.
SukaSuka
Menarik mba tulisannya…
Saya kerja juga bukan berdasarkan passsion saya
Passion saya tentang sejarah,fotografi dan menulis sedangkan saya kerja sebagai IT programmer. ngga nyambungkan ya….
yang kepakai menulis nya… tapi menulis kode… hadeuh pusing lagi.. haha
Tapi saya suka tulisan mba dan komen2 di atas… kita harus realistis… masih ada keluarga yang perlu dinafkahi buat bayar ini itu…
Jadi ingat tahun 2014 waktu saya ngobrol dengan direktur IT saya, saya bilang saya pingin usaha di kampung karena adem nyaman
Beliau bilang : “Kita itu kerja apa yang kita bisa, bukan apa yang kita inginkan”
Serasa menohok itu kalimat, tapi bener juga sih…
kalau kerja apa yang kita inginkan tapi ngga sesuai perkembangan pasar dan tidak bisa berkembang buat apa .. mending kita kerja apa yang kita bisa yang kita kompeten di bidang kita meski sebetulnya itu bukan passion kita, agar kebutuhan di rumah bisa tercukupi…
Nice sharing mba crys…
Salam kenal…
SukaSuka
Halo mas, terima kasih sudah share ya… kata direktur mas itu emang bener. Banyak orang mikir kerja sesuai passion enak, padahal harus kerja 3x lebih keras daripada biasanya. Nah, masih mau ga tuh?
SukaSuka
[…] https://crystadoodles.wordpress.com/2017/11/05/dont-follow-your-passion/ […]
SukaSuka
[…] https://crystadoodles.wordpress.com/2017/11/05/dont-follow-your-passion/ […]
SukaSuka
Ik vind jouw theorie heel interessant! last year gue diskusi ttg passion, dan salah satu speach dr Susan Halonen ini embodies my theory about work+passion+life
https://www.human.nl/speel~POMS_HUMAN_5485495~susanna-halonen-screw-finding-your-passion~.html
Ada juga beberapa buku dan diskusi yg gue suka ikutin ttg passion, ide dan konsep ttg happy life, even illusive concepts and ideas ttg mengejar passion to become a better person etc. I love to hear them all! I love your post Crystal/
SukaSuka
Hai mbak Oppie, selamat datang kembali! Terima kasih udah suka. Nanti link nya aku baca ya!
SukaDisukai oleh 1 orang
I think you are going to like it! Hehehe iya nih kembali blogwalking lagi! xo
SukaSuka