Pertama-tama gue mau mengucapkan, selamat hari Natal dan selamat berlibur bagi kita semua! Semoga di hari Natal kali ini kalian semua diberi kesehatan dan kegembiraan berkumpul sama keluarga dan teman.
Kali ini adalah Natal ketiga gue di Belanda. Natal pertama: biasa aja, dihabiskan bersama teman. Natal kedua dan ketiga: dihabiskan bersama R dan keluarganya. Berhubung gue sudah merayakan Natal ala Belanda sebanyak tiga kali, kayaknya gue udah bisa buat sedikit perbandingan antara Natal di Belanda dan di Indonesia.
Sebenernya tradisi Natal di Belanda dan di Indonesia agak mirip, walaupun nggak 100% sama. Mungkin hal ini dikarenakan Indonesia sebagai bekas negara jajahan, jadi masih ada sisa-sisa tradisinya di beberapa daerah, seperti daerah asal keluarga gue: Sulawesi Utara. Kabarnya, disana ibadah Natal bisa ditemukan di gereja/rumah-rumah sejak awal Desember sampai akhir Januari.
Perbedaan pertama adalah pengenalan kalender Advent. Masyarakat Belanda masih mengenal kalender Advent, kalender 4 minggu sebelum Natal yang berguna sebagai countdown lahirnya Yesus. Di Indonesia, gue hanya mengingat tradisi ini di gereja. Disini, kalender Advent sudah sangat dikomersilkan, seperti promosi ‘24 Days of Deals’ di berbagai toko baik online maupun offline dan kalender Advent berbentuk coklat/parfum/kuteks.

Di Belanda, Natal sudah bergeser dari hari raya keagamaan menjadi hari liburan untuk keluarga dan dirayakan seluruh rakyat, baik yang beragama Kristen maupun tidak. Disini, Natal dirayakan selama dua hari, tanggal 25 dan 26. Hari Natal adalah hari khusus berkumpul dengan keluarga, makanya Natalan di Eropa itu sepi banget. Jarang ada toko/restoran yang buka di hari Natal pertama, tapi beberapa tahun belakangan mulai ada toko/restoran yang buka di hari Natal kedua walaupun jam bukanya siang banget.
Untuk beberapa keluarga yang masih religius, mereka pergi ke gereja di hari Natal pertama, terutama di pagi hari. Kemarin gue lihat siaran berita tentang riset persentase keluarga yang pergi ke gereja pada hari/malam Natal di sebuah kota bernama Harderwijk. Hasilnya, dari tahun ke tahun jumlahnya semakin sedikit. Gue saja nggak pergi ke gereja, hehehe. Anyway, setelah pergi ke gereja itu baru deh acara kumpul keluarganya mulai. Hampir mirip dengan tradisi keluarga gue atau keluarga Kristen pada umumnya di Indonesia.
Di Belanda, Santa Claus nggak disebut sebagai Sinterklas, tapi disebut Kerstman (Christmas Man). Kami punya hari raya sendiri untuk memperingati datangnya Sinterklas yaitu Sinterklaasdag. Tapi bedanya, Sinterklas di Indonesia muncul pada tanggal 25 Desember dan di Belanda pada tanggal 6 Desember. Agak lucu sih kalau gue cerita ke teman-teman Belanda bahwa gue juga punya tradisi Sinterklas. Di Belanda, Zwarte Piet nggak dilihat sebagai tokoh jahat, melainkan suka bagi-bagi permen. Selain itu, gaung Sinterklaas jauh lebih terkenal daripada Kerstman.
Tradisi tukar kado juga ada di Belanda. Kado disini sifatnya beragam, mulai dari gift card, lilin, baju, parfum, coklat, kaus kaki, dan lain-lain. Kayaknya nggak ada yang ngasih ‘salam tempel’ sebagai kado. Ngasih parsel juga bukan hal yang lumrah, apalagi ngasih kue-kue kering atau menghidangkan kue kering. Kue Natal disini yang paling terkenal adalah kerststol, yakni roti isi krenten, buah-buahan kering, dan disajikan bersama gula bubuk.

Makanan Natal di Belanda menurut gue nggak ada yang terlalu khas. Apalagi kalau bukan keju? Hidangan Natal biasanya terbagi jadi tiga bagian: makanan pembuka, makanan utama dan penutup. Makanan pembuka ya tipenya roti-roti seperti kerststol, sosis, ham, bacon, beragam keju, wrap, dan lain-lain. Makanan utama biasanya ada sup, kentang goreng/rebus, dan lauk. Setelah makan, biasanya diajak ngopi sambil makan penganan manis seperti tart atau kue kering manis. Kadang gue kangen sama makanan Natal ala Manado kalau terlalu sederhana kayak gini. Mulai ada babi rica, nasi jaha, ayam rica, bebek woku dan lain-lain di kepala gue. Ah…
Intinya, sama seperti di Indonesia, hari Natal di Belanda dilihat sebagai hari untuk keluarga. Natal bukan untuk senang-senang, pesta, atau sama teman-teman saja. Tapi menurut gue tradisi Natal di Belanda jauh lebih sederhana daripada di Indonesia yang belakangan ini selalu dipenuhi makanan mewah, puluhan kali Christmas dinner sebelum dan sesudah Natal, dan banyaknya acara tukar kado yang harus dipenuhi. Walaupun begitu, komersialisasi Natal sudah agak kencang di Belanda dengan banyaknya diskon yang menggairahkan orang untuk menghabiskan uang untuk belanja kado atau menghias rumah.
Kalau ada yang mau ke Belanda, semoga cuplikan tradisi Natal ini berguna. Paling nggak kalian nggak jadi gegar budaya, lah 🙂
selamat natal. memang kalu bicara manado pas natalan nda kalah dia pe makanan deng itu suasana yang terkesan komersil. natal di manado lebeh besar ke foya2 daripada depe ibadah
SukaSuka
Kita nyanda pernah Natalan di Manado, keluarga besar so di Jakarta samua, mar tetap makan nasi jaha, brenebon, babi rica, dll. Wah baru dengar di Manado so komersil sekali… justru kita dengar ibadah Natal disana bisa sampe satu bulan lamanya, tiap rumah/gereja selalu ada ibadah. Mungkin itu di kampung2
SukaDisukai oleh 1 orang
justru krn itu ibadah so jadi tampa orang ba gaya akang.
SukaSuka
Ah benar juga ngana
SukaDisukai oleh 1 orang
Selamat Natal ya. Infonya menarik banget. Semoga nanti ada rezeki biar bisa ke Belanda lagi. 🙂
SukaSuka
Amin
SukaSuka
nasi jaha kek apa sih Tal?
oh no babi rica, lgs ngiler maksimal hiksss 🙂 Met Natal !
SukaSuka
Nasi jaha tuh dari ketan yang dimasak di dalam bambu…
SukaSuka
Kayak lemang kah? Ini makanan tradisional org sumatra utara..
SukaSuka
Aku gak tahu lemang kayak apa…
SukaSuka
Ketan dalam bambu juga..
SukaSuka
Oh iya, mirip sih, tapi kalau nasi jaha kayaknya lebih padat. Terus kalo dipotong2 juga bentuknya lebih kayak tabung. Biasanya dimakan sama yang pedes2 kayak ayam rica.
SukaSuka
Wahhh, nanti balik Jakarta, coba nyari deh di resto2 Manado gitu.. aku juga makan panada, pisang goreng yang pake cabe, duhhh ngeces deh sekarang.. huhuhu..
SukaSuka
Selamat Natal Crys! Gw jadi inget Natalan di Eropa, pas tanggal 24 dan 25 selalu sunyi senyap krik krik haha.
SukaSuka
Beda banget ya sama di Asia yang cenderung perayaan dan semua toko/restoran buka…
SukaSuka
Kerststol. Akhirnya gue mengerti nama roti ini. Disini sering lihat beberapa kali di bakery, tapi pas baca katakanya gue ga paham (soalnya biasanya jadi bahasa inggris kan tapi ini aneh)
SukaSuka
Disana ada juga? Enak banget rotinya, gw yang gak suka krenten aja jadi suka sama roti ini.
SukaSuka
ada juga kadang-kadang di bakery gitu. Disini tuh banyak jenis-jenis roti yg asalnya dari Eropa gitu. Enak yg ini karena ada gulanya jd ga sehambar roti prancis yg panjang2 itu
SukaSuka
Disini malah rata rata rotinya gak manis… karena dijadiin makan berat. Jadi gw udah terbiasa makan roti pake cream cheese atau salmon…
SukaSuka
Hope you had a lovely Christmas Tal. Di sini Natal juga untuk keluarga, tapi tanggal 26 untuk shopping, toko-toko penuh dengan yang nyari diskonan dan diskonnya emang lumayan sih. Gue gak tahan tapi, tokonya berantakan banget 🤣
SukaSuka
Duh kalo udah gitu aku gak ikutan deh. Yang ada malah stres liat kebanyakan orang.
SukaDisukai oleh 1 orang