Cara Menjawab Pertanyaan yang Tak Ingin Dijawab

Masa Lebaran udah selesai. Para pemudik mulai kembali ke kota tempat mencari makan, menyebabkan arus balik yang luar biasa macetnya.

Selama Lebaran, gue memantau di Twitter, banyaknya pengguna Twitter yang mengeluh tentang pertanyaan-pertanyaan kepo yang ditanyakan handai taulan yang ketemu sekali setahun aja untung. Biasa lah, pertanyaan kayak “Kapan lulus kuliah?”, “Udah dapet kerja belum?”, “Pacarnya mana?”, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang menggugah hati nurani untuk ngomel yang berkisar di masalah gaji, punya anak, cara membesarkan anak, dan lain-lain.

Mungkin refleks kita adalah: 1) Menjawab dengan setengah hati, atau 2) Ngebales nggak sopan. Dua-duanya bisa jadi benar, tapi daripada kita dianggap nggak sopan sama orangtua udah ngebalesnya gak sopan atau jawab jujur tapi bikin kita gondok, ada beberapa cara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang nggak ingin dijawab. Menjawab pertanyaan-pertanyaan kayak gini ternyata ada seninya! Semoga bisa digunakan di pertemuan keluarga berikutnya.

NANYA BALIK SI PENANYA

Ini adalah cara pertama yang bisa digunakan untuk membuat si penanya berpikir ulang, “Ngapain ya gue nanya ini?”. Selain itu, menjawab pertanyaan dengan pertanyaan adalah cara yang sopan untuk menunjukkan kita tidak tertarik menjawab pertanyaan mereka. Contoh pertanyaan yang bisa diumpan balik adalah seperti dibawah ini:

  • Pertanyaan menarik, kalau boleh tahu, ada apa ya kamu sampe pengen tahu soal ini?
  • Kok tante tiba-tiba tertarik soal kehidupan cinta aku, ada apa ya?
  • Oh, om punya pengalaman kerja di bagian marketing ya?

Logikanya, jika kita bertanya balik ke si penanya, kalau si penanya bener-bener nanya sesuatu dengan tulus, maka dia akan bisa menjawab pertanyaan kita. Kalau cuma iseng, paling dia planga-plongo, cengengesan, terus pergi.

KATAKAN TIDAK

Emang susah sih untuk nggak menjawab pertanyaan-pertanyaan sensitif yang ditanya anggota keluarga yang lebih tua. Kalau salah jawab, bisa dinilai nggak sopan dan dilaporkan ke orang tua. Kalau jawab jujur, nanti jadi berita sekeluarga. Serba salah, kan?

Kita harus tahu bahwa apapun pertanyaan yang dilempar ke kita, kita punya 2 pilihan: menjawab atau tidak menjawab. Gimana taktiknya biar kita nggak menjawab pertanyaan tersebut?

Bilang aja, “Maaf, tapi aku nggak mau jawab pertanyaan tante/oom.” Jadi kalau ditanya, “Gaji kamu berapa di kerjaan baru?” dan kita nggak mau jawab, kita bisa bilang, “Maaf tante, aku rasa masalah gaji agak sensitif untuk dibicarain, jadi aku nggak bisa jawab pertanyaan tante.”

Selesai, kan? Kita menolak untuk menjawab pertanyaan dengan halus, yang nanya juga nggak tersinggung. Mungkin mereka juga bisa introspeksi, apakah benar nanya soal gaji adalah hal yang sensitif?

KATAKAN PERASAAN KAMU

Kalau cara nomor satu dan dua udah nggak mempan, dan semakin banyak orang yang makin kepo karena kamu dinilai sok misterius, masa ngomongin gaji aja gak mau. Kamu bisa mengatakan bagaimana perasaan kamu jika ditanya pertanyaan seperti itu. Misalnya:

Tante: Crystal udah lama di Belanda, jadi subur ya!

Gw: Maaf tante, tapi saya nggak suka kalau ada orang lain yang mengomentari berat badan saya. Di negara saya tinggal, itu dianggap nggak sopan.

Gue melakukan cara nomor tiga ini pas gue liburan ke Indonesia ke seorang tante (dan ke oma gue sendiri) yang selama 10 hari, nggak habis-habisnya mengomentari berat badan gue. Akhirnya oma gue tutup mulut tentang berat badan gue sampai gue pulang ke Belanda.

Sebenernya cara ketiga ini paling ekstrim sih, karena salah ngomong dikit pasti bisa dinilai nggak sopan. Tapi menurut gue, sopan nggak sopan itu nggak berdasarkan umur seseorang, tapi apakah orang tersebut juga bisa berlaku sopan ke orang lain. Menurut gue juga, cara ini udah cara paling ampuh bikin orang berpikir puluhan kali untuk bertanya hal-hal yang sensitif untuk orang lain.

Semoga tiga cara di atas bisa dipakai untuk mengatasi permasalahan “pertanyaan tiada akhir” di Indonesia. Dan semoga kita bisa semakin pintar menjaga mulut kita untuk nggak nanya pertanyaan-pertanyaan yang sensitif ke orang lain.

7 komentar pada “Cara Menjawab Pertanyaan yang Tak Ingin Dijawab”

  1. Hehehe menarik. Terutama karena sksi “protes* semacsm baru marak dibahas di jaman sosmed dan traveling. Dulu jarang bahas. Mungkin karena belum ada perbandingan jadi hal tsb dianggap biasa (padahal tetap ada yg nggak nyaman). Kalau aku dulu juga spt Crystal, rese amat ya nanya2. Tapi setelah pikir2 ada 2 kemungkinan kerabat nanya beneran kepo atau basa basi (busuk hahsha)..Jadi sekarang dijawab pakai senyum saja. Dan cara itu selama ini yg paling aman. Nggak pernah lanjut jadi pembahasan. Kalau orgnya memang dekat banget baru dijadikan topik bahasan di waktu khusus..

    Suka

  2. Awalnya sih sakit hati
    Pas ditanya kok belum hamil
    Ya menurut lo kawin aja baru 2 bulan
    Tapi lama” dibawa sante aja
    Ehehehe

    Suka

  3. Salam kenal, Crystal. Dari tadi bolak balik baca sono sini mo komentar, nahaaann…mulu. Hahhahah…tulisan2mu hwakdezzz bangettt but I enjoyed reading your blog so much. Sama juga sih dapet pertanyaan basi2 dudul gitu, tapi paling nanggepin guyon trus mlipirrr, apalagi kl ketemu yang sepuh, buta huruf –seriously, dan ngga pernah belajar attitude saking sempitnya pergaholan mereka. Your being straightforward seru!

    Suka

    1. Hai mbak, makasih ya udah mampir blogku dan ngirim komentar 🙂 Salam kenal juga. Aku panggilnya siapa, ya?
      Pengalaman sih, makin judes aku ke orang2 yang nanya kayak gitu, makin jarang juga mereka nanya2 yang aneh2…
      Atau bisa pakai metode “Grey Rock” alias jadi orang paling membosankan di depan orang tersebut, dia nanya apa, kita cuma jawab 1-2 kata. Pasti langsung melipir deh orangnya.

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.