Anti Gegar Budaya Dunia Kerja Belanda

Waktu baca: 4 menit

Setelah minggu lalu gue menulis tentang tips anti gegar budaya ketika bersekolah di Belanda, saatnya sekarang gue menulis tips mencegah gegar budaya di dunia kerja di Belanda.

Sama seperti dunia akademis, dunia kerja di Belanda sangat berbeda dengan dunia kerja di Indonesia. Berikut adalah beberapa tips yang kalau dibaca dan dipraktekkan, mungkin bisa bikin kamu terhindar dari miskomunikasi dengan kolega.

Disklaimer: Semua tips disini berdasarkan pengalaman pribadi gue. Pengalaman kerja gue sudah sekitar 2 tahun di Belanda dengan latar belakang pekerjaan kantoran. So please take these with a grain of salt.

Hierarki Jabatan yang Fleksibel

Kalau ditotal-total, kira-kira gue sudah bekerja di sekitar tiga perusahaan di Belanda dalam rentang waktu dua tahun lebih. Jadi gue bisa cerita-cerita tentang hierarki jabatan lah, ya. Di Belanda, posisi senior/junior memang ada, tapi ngobrol sama mereka nggak sesulit ngobrol sama atasan di dunia kerja di Indonesia.

Kantor baru gue, contohnya. Kalau dilihat-lihat, kantor gue ini sistem manajemennya masih ngikutin sistem jadul banget, dilihat dari persentase kolega yang banyak sudah berumur dan lebih banyak karyawan pria daripada wanita. Tapi gue merasa nyaman karena gue bisa ngobrol sama bos-bos dan sesama kolega tanpa harus bikin janji dengan sekretaris atau menunggu waktu rapat yang berbulan-bulan.

Jadi, kalau kamu diterima kerja di Belanda, jangan sungkan-sungkan untuk ajak ngobrol atasan kamu.

Pulang Tenggo Nggak Masalah

Di Belanda, kontrak kerja diberlakukan menurut jam kerja per minggu. 36 sampai 40 jam per minggu dikatakan bekerja penuh waktu, dibawah 36 jam per minggu disebut pekerjaan paruh waktu. Kalau kamu masuk kantor jam 9 pagi, sudah wajar kalau kamu pulang jam setengah 6 sore (jam kerja 8 jam tidak termasuk 30 menit istirahat yang tidak dibayar). Nggak ada bos atau kolega yang nyindir-nyindir kamu kenapa selalu pulang tepat waktu. Lha kamu dibayar untuk kerja 8 jam kok, ngapain juga harus lembur?

Etos kerja orang Belanda (dan Eropa pada umumnya) emang mengutamakan efisiensi. Kalau ada rapat yang bisa dilakukan secara online, ya lewat online saja, memangkas ongkos transportasi dan menghemat waktu. Demikian pula dengan pekerjaan. 8 jam itu waktu standar dimana kita seharusnya bisa mengerjakan tugas-tugas kita di hari itu sampai selesai. Kemampuan time management penting banget dikuasai untuk bekerja disini. Kalau sudah kerja 8 jam tapi masih lembur, tandanya ada yang salah dengan etos kerja dan manajemen waktu kamu.

Makan Siang Yang Cuma Roti

Bicara menu makan siang dan tradisi makan siang kantoran di berbagai negara memang selalu menarik. Jika di Indonesia menu makan siang hampir selalu diisi makanan berat dan di Prancis biasanya orang-orang makan sambil duduk di kursi dan meja makan, tidak demikian halnya di Belanda.

Makan siang di Belanda hanya dianggap sebagai practicality, jadi sebisa mungkin harus sederhana, yang bisa dilahap sambil melakukan hal lain. Jadi, makan siang ala Belanda nggak neko-neko. Roti keju (broodje kaas) adalah salah satu makanan andalan orang Belanda. Cepat dibuat, praktis, dan mengenyangkan.

Selain itu, mungkin tradisi makan siang cepat juga dikarenakan waktu istirahat yang hanya 30 menit. Jadi, kami dibiasakan untuk membagi waktu makan, bersosialisasi, sekaligus rileks sebelum melanjutkan pekerjaan. Nggak bohong, kadang gue kangen sih makan siang yang lama, terus bisa makan nasi Padang… tapi sekarang sepertinya gue udah terbiasa dengan pola makan seperti ini.

Respek Dua Arah

Kalau di Indonesia kan, biasanya bawahan yang respek ke atasan atau ke bos. Anak magang misalnya, nggak jarang dapet kerjaan yang nggak sesuai deskripsi pekerjaannya hanya karena dianggap “oh dia cuma anak magang”. Sementara itu, banyak cerita bos memberikan pekerjaan ke anak buah saat jam kantor sudah mau selesai dan harus diselesaikan hari itu juga.

Prinsip seperti itu nggak berlaku di Belanda. Di sini, respek berlaku dua arah. Jadi kalau gue bilang bahwa gue sedang sibuk dengan proyek tertentu dan mungkin nggak bisa ngerjain permintaannya di hari/minggu itu juga, maka dia harus membiarkan gue kerja sesuai dengan skala prioritas gue, kecuali permintaan dia emang beneran penting banget dan harus selesai besok. Gue juga respek ke bos gue dengan cara menerima kritik konstruktif dari dia untuk perkembangan gue selanjutnya.

Etos kerja dan budaya kerja di Belanda memang sangat berbeda dengan di Asia atau Indonesia. Pinter-pinter aja menyesuaikan diri dan mengganti mindset kita. Disini, bersikap jujur dan asertif itu sangat penting untuk mencegah kita dijadikan ‘kacung’ oleh kolega/atasan. Semoga berhasil dalam pekerjaan kalian!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.