Nostalgia Wisata Kuliner di Indonesia

Dua tulisan terakhir gue tentang liburan di Indonesia kok kayaknya pahit banget, sih. Untuk membuat laporan liburan gue ini balance, maka saatnya kita ngomongin yang seneng-seneng. Apalagi kalau bukan: wisata kuliner!!!

Kulineran di Indonesia ini sesungguhnya adalah salah satu hal yang gue tunggu-tunggu sebelum liburan. Dulu sih gue tipe orang yang ngoyo harus coba macam-macam termasuk jajanan yang lagi ngetren, tapi karena sekarang pola makan sudah berubah, gue jadi nggak ngoyo harus coba semuanya.

Selama bertandang ke Indonesia selama tiga minggu, gue mencoba banyak sekali makanan, mulai dari makanan nostalgia yang selalu dimakan saat berkunjung, sampai makanan kekinian atau makanan lokal yang belum pernah dicoba sebelumnya. Berikut ini adalah makanan-makanan yang dimakan saat trip kemarin dan sampai sekarang meninggalkan bekas positif di hati.

Babi Guling

Sebagai turis dari Belanda, agak aneh kalau gue bisa tahu keberadaan babi guling ini. Gue tahu babi guling ini dari kawan-kawan Indonesia gue yang baru saja berkunjung ke Bali, makanya jadi penasaran. Jadilah pergi ke Babi Guling Pak Malen.

Babi Guling pak Malen

Babi Guling Pak Malen ini letaknya di Sunset Road, tidak jauh dari penginapan gue kalau naik taksi/ojol. Tempatnya cukup luas. Kalau mau kesini, harus dari siang, karena dia tutup jam 6 sore/7 malam.

Menunya cuma satu yaitu babi guling. Satu porsi nasi babi guling isinya nasi putih, babi guling beserta kulit babi yang super renyah, kerupuk kulit babi, sesuatu yang kelihatan seperti sayur campur, dan olahan daging yang sepertinya daging babi juga. Selain satu porsi nasi babi guling, mereka juga menyertakan satu mangkok kecil kuah babi (kayaknya lho). Rasanya enak banget, pedasnya pas, dan harganya worth dengan porsinya. Kalau nggak salah, satu porsi harganya 90 ribu, sudah termasuk minum es teh manis.

Nasi Be Genyol

Babi guling mungkin sudah mendapatkan tempat spesial di hati pecinta kuliner Bali, tapi bagaimana dengan nasi be genyol?

Nasi Be Genyol, beli dari GoFood

Pertemuan gue dengan nasi be genyol bisa dibilang ngga sengaja. Hari itu gue lagi hari leyeh-leyeh alias tiduran di hotel, berenang di kolam renang, dan baca buku di hotel. Lalu gue lapar. Si R masih tidur siang, dan gue pengen makan sesuatu yang lokal. Jadilah gue buka website GoFood.

Dari website GoFood, gue menemukan nama nasi be genyol. Katanya sih, nasi babi. Langsung deh gue pesan nasi be genyol pakai GoFood dari restoran Nasi Be Genyol Bu Agus Seminyak.

Penampakannya sih biasa aja, semacam nasi campur Bali seperti biasa. Seingat gue ada nasi putih, sate babi, kerupuk rambak, daging babi goreng, lawar, dan telur rebus. Rasanya enak banget. Nggak ada sambelnya, tapi rasanya gurih dan berasa pedasnya. Sampai kini, nasi be genyol adalah salah satu makanan yang gue rindukan dari Bali.

Gedang Mekuah

Gedang mekuah adalah sup khas Bali dengan bahan utama yaitu buah pepaya. Untuk yang kesulitan menemukan buah pepaya seperti di Eropa, bisa pakai labu. Bumbunya gampang-gampang susah karena pakai rempah-rempah khas Indonesia seperti lengkuas dan kemiri.

Gedang mekuah dan pepes ikan dan dadar gulung buatan sendiri

Gedang mekuah ini spesial banget buat gue karena gue makan ini di kelas memasak. Sama sekali nggak bisa bayangin, gue jauh-jauh ke Bali buat daftar kelas memasak. Tapi sebenernya ini menyenangkan lho, gue jadi bisa tahu berbagai kebudayaan khas Bali dari cara memasak makanan khas mereka. Ide bagus yang bisa diterapkan kalau kamu pergi ke negara lain, coba sempatkan ikut kelas memasak mereka.

Jamur Bakar

Makanan ini gue makan saat bertandang ke Jogja. Kami sengaja mampir ke restoran Jejamuran. Mungkin kalian sudah banyak tahu tentang restoran ini ya. Gue penasaran sama restoran ini karena review banyak orang yang bilang bahwa makanan disana enak-enak semua.

Jamur Bakar

Kami pesan jamur bakar dan tumis jamur rica. Memang rasanya enak banget sih, tapi menurut gue banyak banget MSG-nya. Selain itu, suasana restorannya rame banget dan banyak dikunjungi turis lokal. Jadinya hanya makan sebentar lalu masuk mobil lagi, deh.

Sei

Gue mengenal sei saat pergi ke Bandung. Oleh teman baik gue, gue diajak pergi makan ke restoran bernama Sei Lelebo. Gue pikir Sei Lelebo adalah nama restorannya, ternyata sei adalah sejenis makanan khas suku Timor di NTT. Sei sendiri artinya adalah daging yang disayat kecil-kecil dan dimasak dengan cara diasapi di atas bara api. Kata temen gue, di Bandung ada dua restoran sei, yang satu halal dan yang satu haram. Pergilah kita ke Sei Lelebo karena yang haram biasanya lebih enak.

Makan di Sei Lelebo cukup unik karena lokasinya di dekat Dago Pakar, jadi udaranya sangat sejuk. Kita boleh pilih sendiri bumbu sei-nya. Kami pilih bumbu rica, kecap, ada juga bumbu ayam kuning khas Manado, kami juga pesan sei bumbu woku. Sambalnya macam-macam, tapi favorit gue adalah sambal matah.

Sei di Sei Lelebo

Pas makanan dihidangkan, kami langsung makan dengan lahap. Sei ternyata enak banget rasanya. Dagingnya empuk dan bumbunya meresap ke daging. Lebih maknyus lagi kalau dimakan pakai nasi panas mengepul. Untuk porsi empat orang, pesenan kami cukup mengenyangkan dan cukup murah. Sampai sekarang, sensasi pedas sei dengan sambel matah dan dabu iris masih terpatri di otak gue.

Itu dia lima makanan Nusantara yang sangat membekas selama liburan kemarin. Makanan-makanan diatas sangat memuaskan karena nggak bisa ditemui di tempat lain, apalagi di Belanda. Kalau main ke Indonesia lagi (entah kapan), gue mau coba makan lagi, ah…

8 komentar pada “Nostalgia Wisata Kuliner di Indonesia”

  1. Jejamuran Favorit! Jogja selalu punya tempat tersendiri di hatiku. Suasananya, beda. Apalagi pagi2 makan pecel di pasar Beringharjo, menikmati aktivitas yang ada di sana.
    Pagi2 hujan jadi laper.

    Suka

    1. Ah aku tuh kemarin nginep di daerah Kraton. Asri banget, enak banget, rumah banget rasanya. Jejamuran buat aku enak banget sih, tapi agak ga nyaman sama layout restorannya, makannya jadi agak grasa grusu. Gak papa deh. Sekali2.

      Suka

  2. Astaga… lapar! Hahaha…

    Sei itu enak banget, gue pernah coba sekali doang habis itu ga pernah coba lagi karena ga tau mesti ke mana kalo di Jakarta ga ada lagi yg jual kayanya

    Suka

    1. Buat aku yang udah lama banget masak ga pake MSG, berasa banget sih. Pokoknya kalau makan di Indonesia dan makanannya berasa enak banget, gurih banget, sudah pasti itu pakai MSG. Hehehehe!

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.