I’m not a know-it-all, ya know?

Mau cerita sebentar di blog ini tentang keluh kesah gue dianggap “yang paling tahu” di sebuah grup di Facebook.

Ceritanya, gue adalah anggota aktif sebuah grup khusus wanita ekspat dan lokal di Facebook. Selain untuk mencari asupan drama harian (ngga usah bohong lah…), seenggaknya di grup ini gue bisa membantu beberapa orang.

Tapi nggak tahu kenapa, sepertinya jika lo dilihat sering menjawab tentang topik tertentu, maka lo akan dianggap yang paling tahu tentang topik tersebut. Hal ini baru saja terjadi ke gue, dan gue merasa cukup jengkel.

Di grup tersebut, gue sering muncul memberi komentar di beberapa pertanyaan mengenai ijin tinggal dan tentang mencari kerja terutama jika lo ekspat/imigran dari negara non-EU. Karena komen gue cukup visible di beberapa post, akhir minggu kemarin gue mendapat message request dari sesama anggota grup. Gue pun cukup familiar dengan nama ini karena gue melihat dia beberapa kali nge-like komentar-komentar gue.

Perempuan ini bertanya tentang ijin tinggal yang gue punya, dan dia bercerita mengenai kasusnya. Dia datang dari negara non-Uni Eropa, tinggal bersama suaminya di Rumania (suaminya warganegara Rumania), dan mereka ingin pindah ke Belanda. Lalu dia bertanya beberapa hal mengenai ijin tinggal family member of EU citizen yang gue miliki. Ya gue jawab aja sebisa gue, karena gue bukan ahli dalam bidang ijin tinggal. Kemudian ada beberapa hal dari dia yang lama-lama bikin gue kesel.

  1. Dia ngeyel begitu gue ngasih saran untuk pergi ke Belanda dulu sebelum memutuskan mau pindah atau nggak. Dia bilang dia nggak punya waktu karena dia harus bikin visa Schengen dulu untuk bisa ke Belanda. Begitu gue paparkan fakta itu, dia ngeles bilang bahwa paspor dia adalah paspor Vietnam, makanya dia harus bikin visa Schengen dulu untuk bisa ke Belanda, dengan atau tanpa suaminya. Karena gue udah malas jawab, akhirnya gue suruh dia hubungi kedutaan besar Belanda di Rumania atau hubungi kantor imigrasi terdekat.
  2. Dua hari setelah percakapan awal, dia SKSD sama gue. Dia mengirim pesan berbahasa Belanda nanya nama gue dan di kota mana gue tinggal. Yang ini nggak gue jawab, melainkan langsung gue tulis panjang lebar bahwa gue nggak punya waktu untuk ini dan gue hanya bisa bantu dia untuk hal-hal praktis mengenai kepindahan ke Belanda.

Pengalaman dicurhatin sama orang yang ngga dikenal ini bikin gue jadi merenung selama akhir pekan. Apakah gue jahat? Kalau gue sering menulis komentar di grup itu, wajar dong bahwa orang jadi berpikir bahwa gue “ahli” dalam beberapa topik yang gue komentari? Kok gue ngerasa kesel begini sih jadinya? Kemudian gue mengerti kenapa gue kesal diginiin dan kenapa orang sebaiknya nggak menganggap orang lain lebih tahu lalu curhat tanpa diminta.

Gue bukan ahlinya

Yang pertama, gue kesel karena gue bukan orang yang tepat. Ngga mungkin kan gue nulis disclaimer ini terus-menerus setiap kali gue menjawab pertanyaan orang tentang ijin tinggal atau mencari kerja. Semua jawaban gue adalah 100% berdasarkan pengalaman gue, dan yang namanya pengalaman seseorang bukan berarti orang lain akan mengalami hal yang sama. Hal ini sepertinya luput dari perhatian orang-orang yang suka tiba-tiba curhat ke orang asing, seakan mereka bertanya hanya untuk bikin “plong” tanpa memikirkan pribadi dari orang yang dicurhatin tersebut.

Lo yakin, bisa percaya 100% sama gue?

Ini adalah pasal kerahasiaan. Gue kan nggak kenal sama orang itu ya, jadi gue nggak merasa bersalah kalau gue ceritain ceritanya ke orang lain. Beda halnya jika gue temen dia atau sudah kontak beberapa kali, seenggaknya gue akan lebih mengerti konteks dan cerita orang tersebut. Orang-orang yang suka curhat ke orang asing mungkin ngga ngerti bahwa kasusnya bisa jadi bumerang bagi dirinya sendiri jika orang yang dicurhatin memutuskan untuk spill the beans ke orang lain.

Jangan hanya karena lo merasa nyaman dengan orang ini secara online maka lo bisa memutuskan untuk curhat ke orang tersebut.

Gue RISIH BANGET!

Gue risih banget sama orang yang awalnya curhat dan nanya pendapat sesuai konteksnya, tapi lama kelamaan jadi melengser ke hal-hal yang terlalu pribadi. Ini karena gue adalah tipe orang yang suka memecahkan masalah (baik itu masalah teman sendiri atau masalah orang lain). Sebenarnya kalau di saat yang tepat, gue suka membantu orang. Tapi kadang ada aja orang asing yang ngga ngerti bahwa ngedengerin cerita dia itu butuh kapasitas energi dan emosi, and I don’t have a lot of that. Begitu orang tersebut mulai curhat sampai luber seperti ember kepenuhan, gue langsung merasa emotionally drained karena ya itu tadi… secara tidak sadar gue akan menilai itu sebagai “masalah” dan insting gue akan langsung ingin memecahkannya.

Butuh panjang x lebar mindfulness untuk gue merapalkan mantra ini ke diri sendiri, “Ini bukan masalah lo”. And it’s very hard for a problem solver like me.

I have enough friends and I don’t want to add more

Gue mengerti kenapa si cewek itu mulai mencari celah ngobrol di luar masalah ijin tinggalnya dengan cara ngajak gue ngobrol bahasa Belanda hari Minggu kemarin. Kemungkinan besar dia ingin mencari teman baru dan melihat gue cukup ramah untuk jadi temannya.

But girl, I don’t want to have a new friend. Gue sedang cukup puas dengan jumlah teman yang gue miliki pada saat ini dan gue sedang nggak pengen nyari koneksi baru.

Lagipula, jangan pikir karena gue ramah ditanya-tanyain mengenai ijin tinggal, maka gue juga jadi terbuka untuk berteman. It’s a totally different thing.

Lebih baik kalau ada masalah dan pengen cari saran dari orang lain, jangan langsung mikir mereka tahu 100% tentang topik tersebut. Bisa jadi mereka tahu hanya berdasarkan pengalaman aja dan nggak mendalami secara profesional atau secara lebih detail. Sebelum bertanya, lebih baik pastikan mereka oke dan mau bantu kasih pendapat atau pengetahuan tentang topik tersebut. Dan jangan coba-coba untuk habis itu curcol dan memberikan detail yang terlalu pribadi, karena lo nggak tahu orang ini kapasitasnya gimana untuk mendengarkan cerita lo.

Iklan

2 komentar pada “I’m not a know-it-all, ya know?”

  1. Hai Crys, soal orang yg SKSD dan perkara ngga mau nambah teman ini aku relate banget. Bbrp waktu lalu aku sempet dikontak cewe Indonesia lewat IG yang tinggal di negara tetangga. Pertama2 ya sekadar basa basi ya nanya soal seputar kehidupan sehari2. Lama lama kok dia makin sering mesej dan pertanyaannya makin detail.

    Ketika aku cerita sama suami, dia bilang bahwa si cewe ini mungkin mau cari teman saja, aku mungkin yg terlalu sensi

    Aku juga sempet merasa apa aku jahat karena ngga punya minat yg sama untuk jadi temannya dia. Mesej2nya dia ku reply dengan waiting time aga lama buat kasi hint ke dia kalau aku ngga terlalu minat korespondensi ke dia. Lumayan lama sih sampe akhirnya dia stop mesej ke aku.

    Aku pikir2 lagi, kenapa ya aku ngga ingin berteman dengan dia, apakah aku jahat, atau hanya selektif, atau malas maintenance pertemanan baru, atau merasa vibenya ga cocok aja? I’ll never know

    Soal dianggap expert, itulah makanya aku dah males aktif di grup2 kek gitu. Yg ada di dm bertubi2 sama orang nanya ini itu. Masi mending klo nanyanya sopan, banyak yg nanyanya kurang sopan, jadi udah males deh.

    Gitu aja curcol aku haha

    Suka

    1. Aku juga sampe mikir lho mbak, kebawa sepanjang weekend, kenapa ya gw ngga mau temenan sama dia? Salahnya di gw kali ya? Sampe akhirnya hari ini aku mikir bahwa ya ga mau temenan aja, dan aku ngga mau terlalu keras dengan diri sendiri. Makanya aku balas dia bilang aku sedang ga pengen punya temen baru. Kemudian dia jawab panjang lebar lagi mbak, minta maaf sudah ngerepotin, lalu bilang sebentar lagi dia dan suami akan jadi ekspat makanya dia mau curi start cari teman baru. Dan katanya alasan dia menghubungi aku juga karena aku mirip dengan teman sekolahnya dulu yang tiba2 menghilang. Creepy dan TMI banget, aku seneng untung aku bilang duluan ga mau berteman.

      Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.