Pindah Profesi

Sejak dulu, gue selalu percaya bahwa investasi yang terbaik adalah investasi ke diri sendiri dalam bentuk mencari ilmu setinggi langit. Maka itu, jika gue mempunyai uang lebih, gue lebih suka menghabiskan uang tersebut dalam bentuk membeli buku. Itu dulu ya, sekarang sih gue lebih suka beli video game, hehehe… Tapi, in all serious notes, beberapa hari lalu akhirnya gue memutuskan untuk menggunakan uang jajan dari bokap tahun lalu untuk membiayai sekolah lagi.

Nggak sekolah full-time lah (aku masih butuh uang, jadi masih perlu kerja, coy!), melainkan ikut kursus untuk profesional. Bidangnya pun sesuatu yang relatif baru untuk gue, yaitu… UI Design.

Ingin banting setir karir

Walaupun gue sudah ngeblog (yang adalah cikal bakal dari content writing) sejak gue masih remaja, tapi gue baru berkecimpung di dunia ini secara profesional kira-kira lima tahun yang lalu. Lima tahun sepertinya waktu yang cukup singkat untuk ganti profesi, nah… kira-kira kenapa ya gue ingin banting setir ke jalur karir yang berbeda?

Gue akui, selama lima tahun terakhir menjadi penulis konten profesional, ketertarikan ini malah membuat gue terjun bebas ke dunia desain produk digital. Semuanya dimulai saat gue akrab dengan kolega gue si Desainer Grafis di kantor lama. Walaupun pekerjaan dia nggak selalu ngurusin produk digital, tapi entah kenapa bekerja dengan dia bikin gue “ngeh” tentang dunia desain produk digital dan tetek bengeknya.

Gue kemudian jadi tertarik untuk belajar lebih lanjut tentang persinggungan antara desain, teks, dan bagaimana kita bisa mengkomunikasikan pesan kita bukan hanya lewat tulisan tapi juga lewat gambar. Gue percaya bahwa desain dan kata-kata bisa membuat orang secara tidak sadar akan mengikuti kemauan sebuah produk dan menjadi pelanggan/pengguna tetap sebuah produk.

Dalam perjalanan gue mencari jati diri dalam karier di bidang content marketing, gue kemudian “berkenalan” dengan berbagai aspek desain produk digital lainnya yaitu UX Design dan Content Design. Hal-hal baru ini membuat gue sangat terkesima dan gue jadi semakin ingin mendalami bidang desain produk digital, sekaligus mentransfer kemampuan gue di dunia content marketing yang sudah gue asah selama lima tahun terakhir.

Pekerjaan di dunia tech lebih menjanjikan

Jika ada salah satu kata-kata oma gue yang gue masih ingat, itu adalah ketika gue sedang gamang memutuskan ambil jurusan kuliah. Dia menginginkan gue untuk kuliah di bidang ilmu komputer, karena katanya, “Nanti semuanya akan pakai komputer”.

Oke, sebenarnya komputer saja nggak cukup, sih. Tapi kata-kata dia separo benar. Jaman sekarang kita semua sudah sangat dimanjakan dengan gawai, kan? Bukan hanya telepon pintar, tapi juga segala-gala yang pintar seperti kulkas pintar, speaker pintar, lampu pintar, mobil pintar, bahkan koneksi internet of things yang membuat kita bisa mengotomatisasi rangkaian perintah di rumah.

Berbekal dari situ, gue ingin mencoba peruntungan gue di bidang tech. Sayangnya, sejak dulu gue nggak belajar bahasa pemrograman. Paling banter gue hanya bisa sedikit HTML dan CSS, tapi bahkan JavaScript aja nggak bisa, apalagi bahasa-bahasa yang lebih canggih macam React atau Phyton. Sejak dulu pun gue nggak punya ketertarikan khusus untuk belajar bahasa pemrograman. Makanya dengan semakin marak bidang UI dan UX di lapangan, kesempatan kerja untuk orang-orang dari latarbelakang non-tech macam gue ini semakin besar.

Tidak mendapatkan kepuasan karir

Alasan ketiga gue ingin banting setir ke dunia UI dan UX adalah gue nggak mendapatkan kepuasan karir yang gue andai-andai akan gue dapatkan di dunia content marketing.

Awalnya kan gue kerja di bidang content marketing untuk B2B ya. Di sini, gue berhenti karena gue nggak dapat feedback langsung dari pembaca atau penikmat konten gue. Pekerjaan gue seolah menjadi “corong suara” manajemen saja. Itu yang menyebabkan gue berhenti. Kemudian, di pekerjaan gue yang sekarang, kantor gue fokus untuk B2C. Sayangnya, lagi-lagi gue nggak mendapatkan kepuasan batin di kantor gue yang sekarang ini.

Sempat berpikir untuk mencari pekerjaan baru di tempat lain dengan judul profesi yang sama, tapi kalau ternyata sama aja ya podho wae dong?! Sementara itu, gue melihat ada kemungkinan gue akan merasa accomplished di bidang UI dan UX karena sifat dari pekerjaan ini yang betul-betul hands-on.

Akhirnya gue daftar kursus!

Keinginan untuk menimba ilmu di bidang UI Design ini sebenarnya sudah ada sejak tahun lalu. Tapi gue merasa belum mau ambil action karena belum merasa penting-penting amat. Akhirnya tahun ini setelah menimbang banyak alasan, gue ambil kursus juga.

Sebelum daftar kursus UI Design, gue sempat menimbang apakah gue mau ambil kursus coding aja dari SheCodes. Kebetulan gue punya teman online lulusan SheCodes yang bisa gue tanya-tanyain. Selain itu, gue juga wawancara sahabat gue yang bekerja di bidang desain produk digital sebagai Content Designer. Inti dari wawancara-wawancara ini adalah gue kepengen tahu suka duka bekerja di industri UI dan UX, jadi gue bisa membuat ekspektasi yang lebih masuk akal tentang jalur karir gue.

Setelah ngobrol dengan dua orang ini, gue memutuskan untuk mengambil kursus UI Design daripada UX Design atau coding. Sebenernya gue bisa aja mengambil dua kursus yang lain, tapi setelah gue pikir-pikir, lebih baik bikin keputusan sesuai bidang yang gue sukai. Jika gue mengambil kursus UX Design atau coding, itu lebih ke keputusan strategis, bukan keputusan dari hati.

Pilih-pilih kursus UI Design, pilihan gue jatuh kepada sertifikasi profesional untuk UI Design dari institusi online berdama UX Design Institute. Soalnya setelah gue lihat-lihat silabus dan telponan sama salah satu course advisor mereka, UX Design Institute ini punya akreditasi di bidang UI dan UX dari universitas di Irlandia.

Selain itu, harga kursusnya relatif lebih murah daripada harga kursus dari institusi yang lain. Walaupun harganya murah, tapi gue akan dapat semuanya: mulai dari materi kursus yang bisa diakses 24/7, komunikasi antarsiswa dan 1:1 dengan guru via Slack atau webinar, dan ada juga kesempatan untuk berinteraksi dengan alumni support mereka setelah lulus. Mereka bisa memberikan saran atau memperbaiki LinkedIn kita, memberikan tips-tips wawancara bidang UI Design, dan mempersiapkan kita untuk banting setir karir.

Ya udah, segitu aja dulu update gue. Gue akan memulai kursus ini per minggu pertama bulan April. Mohon doa supaya lancar, lulus, dan cepat ganti karir menjadi UI Designer!

Iklan

2 komentar pada “Pindah Profesi”

  1. Ngga pernah terlambat untuk belajar, dan ngga pernah terlambat untuk ganti profesi. Aku dulu banting profesi dari lulusan engineering ke jurnalisme sampe balik engineering lagi hahaha.

    Good luck ya dengan kursusnya

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.